Dosen ISTTS Surabaya Kembangkan Dua Aplikasi AI Bernama ‘AIKAN’ dan ‘TolaTole’

Inovasi Teknologi AI Karya Dosen ISTTS, Esther Irawati Setiawan, Permudah Kreativitas Digital

Surabaya, 2 Februari 2024 – Dosen Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (ISTTS), Esther Irawati Setiawan, berhasil menciptakan dua aplikasi berbasis kecerdasan buatan yang inovatif, yaitu AIKAN dan TolaTole. Kedua aplikasi ini menawarkan solusi praktis bagi masyarakat untuk berkreasi dengan cepat dalam membuat gambar dan cerita. Dengan antarmuka yang sederhana dan aksesibilitas melalui situs web, AIKAN dan TolaTole diharapkan dapat mendukung generasi muda dan para calon content creator dalam menghasilkan karya digital.

AIKAN: Kreativitas dalam Genggaman dengan Sekali Klik

Aplikasi AIKAN memungkinkan pengguna membuat gambar berkualitas hanya dalam hitungan detik. Esther menjelaskan bahwa AIKAN didesain dengan antarmuka sederhana sehingga pengguna cukup mengetikkan kata-kata kunci yang menggambarkan gambar yang diinginkan, lalu langsung dapat melihat hasilnya. Teknologi ini dirancang untuk memudahkan siapa saja, termasuk masyarakat umum yang masih asing dengan chatbot, dalam menghasilkan karya visual.

Esther, yang juga merupakan pengajar mata kuliah Social Network Analysis di ISTTS, menuturkan bahwa AIKAN hadir sebagai upaya menyederhanakan teknologi AI agar lebih mudah diakses. “AIKAN bisa membuat gambar dengan cepat, ini untuk mempermudah masyarakat dalam berkreasi,” ujar Esther.

TolaTole: Menghidupkan Cerita dalam Format Video

Sementara itu, aplikasi TolaTole dirancang untuk memfasilitasi pembuatan cerita yang diperkuat dengan visual. Pengguna dapat memasukkan topik cerita, dan sistem AI akan menghasilkan narasi. Setiap kalimat dalam narasi tersebut kemudian otomatis diubah menjadi gambar yang akan disusun menjadi video lengkap dengan narasi. Ini memberikan kesempatan bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk berkreasi dengan video yang dapat diunggah langsung ke platform seperti YouTube.

Esther menamai aplikasi ini “TolaTole” sebagai plesetan dari kata “Tolah Toleh”, dengan harapan aplikasi ini akan menginspirasi masyarakat untuk fokus berkarya daripada sekadar mencari ide tanpa arah. Aplikasi ini diharapkan mampu menghidupkan kembali cerita rakyat dan dongeng Indonesia dalam format video yang menarik.

Edukasi dan Kesadaran dalam Penggunaan AI

Esther mengungkapkan bahwa TolaTole didesain sebagai alat edukatif yang dapat menarik minat belajar generasi muda. Saat ini, banyak anak muda lebih suka belajar dari video atau gambar dibandingkan membaca teks. “Tujuan utamanya adalah menghasilkan konten cerita baru yang segar dan belum ada sebelumnya,” jelas Esther, menekankan bahwa aplikasi ini juga bisa digunakan untuk merangkai dongeng tradisional Indonesia dengan nuansa yang lebih modern.

Namun, Esther mengingatkan pentingnya pendampingan orang tua saat anak-anak menggunakan aplikasi ini, terutama karena fitur penyaringan pada hasil gambar AI masih terbatas. “Orang tua dan guru perlu mendampingi anak-anak saat menggunakan aplikasi AI,” tambah Esther. Ia juga menyoroti perlunya etika dalam penggunaan AI agar anak-anak tidak hanya menggunakan teknologi ini secara sembarangan.

Rencana Pengembangan dan Harapan Regulasi untuk Teknologi AI

Ke depan, Esther berencana mengembangkan AIKAN dan TolaTole lebih lanjut, dengan fokus pada konten yang bercirikan budaya Indonesia. Hal ini bertujuan agar hasil karya yang dihasilkan dapat lebih mencerminkan kekayaan budaya Indonesia, menjadikannya lebih dikenal oleh dunia internasional.

Dalam pandangannya, Esther berharap pemerintah dapat segera merumuskan regulasi yang membatasi penyalahgunaan AI. “Harapannya ada aturan untuk memastikan bahwa AI digunakan secara bertanggung jawab,” katanya. Esther juga mendorong masyarakat agar tidak ragu untuk menggunakan teknologi ini, tetapi tetap dengan kesadaran akan dampak positif dan negatifnya.

Mewakili Indonesia di Kancah Dunia

Kedua aplikasi ini telah mewakili Indonesia di ajang internasional, Google Developer Content Creator Summit di Singapura pada Januari 2024. Prestasi ini melengkapi sederet pencapaian Esther, yang juga merupakan wanita pertama di Indonesia yang meraih gelar Google Developer Expert in Machine Learning. Selain itu, Esther menjabat sebagai Associate Professor dan Kepala Departemen Diploma Sistem Informasi serta Program Sarjana Informatika Profesional di ISTTS Surabaya.

Dengan AIKAN dan TolaTole, Esther berharap agar karya-karya AI dari Indonesia dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi dunia kreatif digital. “Mari berkarya bersama AI, manfaatkan sebaik-baiknya teknologi ini agar Indonesia semakin dikenal di dunia,” tutupnya.